Bukan Bitcoin, Inilah Aset Kripto yang Paling Menguntungkan Pada 2021
Aset kripto alias crypto currency semacam bitcoin, degocoin, ethereum dll menjadi sarana investasi paling menguntungkan sepanjang semester I 2021. Namun bukan bitcoin alias ethereum yg menjadi aset kripto paling menguntungkan.
Sepanjang kuartal II-2021 aset kripto kerap kali diselimuti sentimen negatif dan dibayangi aksi profit taking. Walhasil, harga bitcoin, ethereum, degocoin pun naik tutup. Namun tetap saja kinerja berbagai valuta kripto tetap sukses mengungguli kelas aset konvensional.
Berikut kinerja sejumlah aset dengan data dari Bloomberg, Coinmarketcap, dan Logammulia:
Portofolio | Return semester I 2021 |
Bitcoin | 19,12% |
Obligasi korporasi | 4,84% |
GBPIDR | 4,55% |
USDIDR | 3,20% |
SGDIDR | 1,43% |
Obligasi negara | 0,96% |
AUDIDR | 0,41% |
EURIDR | -0,13% |
IHSG | 0,11% |
JPYIDR | -3,65% |
Emas berjangka | -7,43% |
Emas spot | -7,37% |
Emas Antam | -14,82% (dibanding harga buyback) |
Binance coin misalnya, valuta berkode BNB ini membukukan imbal yg akan terjadi sampai 661,62% dalam enam bulan pertama kemarin. CEO Triv.co.id Gabriel Rey berkata tingginya kinerja BNB tak terlepas dari naik pamornya decentralized finance (DeFi). Selain itu, DeFi juga akan rutin mempunyai permintaan seiring pemakai aset kripto rutin memperlukan exchanger dan yield farming dari aset kriptonya. Dus, BNB mempunyai fundamental yg jelas, tak sama dengan altcoin yg pergerakannya lebih disebabkan spekulasi.
Memasuki paruh kedua tahun ini, Gabriel menonton Bitcoin tetap berpotensi menjadi kelas aset dengan kinerja paling baik. Menurutnya, publik kini tengah menanti keputusan SEC untuk menunjukkan persetujuan kepada penggunaan ETF Bitcoin. Ia bilang, SEC seharusnya menunjukkan pernyataan pada kuartal III-2021 alias paling lambat sebelum akhir tahun ini.
“Sebenarnya keputusan ini hanya persoalan waktu saja, SEC sepertinya tak mungkin menolak, sebab ETF Bitcoin telah mulai dipakai di tetangganya, yakni negara-negara Amerika Selatan dan Kanada,” jelas Gabriel, Rabu (30/6).
Berikut kinerja aset kripto dengan kapitalisasi pasar paling besar dengan sumber data Coinmarketcap:
Aset kripto | Return semester I 2021 |
Bitcoin | 19,12% |
Ethereum | 190,44% |
Binance coin | 661,62% |
Cardano | 586,78% |
Gabriel menyebut, ketika Bitcoin ETF telah disetujui oleh SEC, jadi akan menjadi gerbang untuk masuknya uang dari kelompok perbankan dan asuransi ke bitcoin. Hal ini akan menjadi katalis positif untuk harga Bitcoin, dan aset kripto lainnya yg harganya terbukti mengekor tren Bitcoin.
Walau begitu, ia menonton prospek BNB justru cenderung tertekan pada sisa akhir tahun ini. Hal ini seiring dengan mulai adanya negara semacam Inggris yg melarang Binance Exchange. Jika negara lain ikut melarang Binance Exchange, pasti akan menjadi sentimen negatif bagi BNB.
“Jadi investor BNB sebaiknya memperhatikan faktor ini. Aset kripto yg mungkin punya prospek luar biasa merupakan Ethereum (ETH) seiring terus dekatnya dengan peluncuran ETH 2.0,” imbuh Gabriel.
Obligasi Korporasi Jawara Instrumen Investasi Konvensional
“Ditambah lagi, obligasi korporasi juga punya rata-rata kupon yg lebih tinggi dibandingkan obligasi negara. Sementara obligasi negara sepanjang semester I-2021 kinerjanya tertekan oleh kenaikan yield US Treasury pada awal tahun silam,” kata Dimas.
Walau begitu, Dimas menonton obligasi negara berpotensi mencatatkan kinerja yg jauh lebih baik dibanding paruh pertama kemarin. Pasalnya, kini yield US Treasury telah jauh lebih stabil dibanding awal tahun. Walau tak dipungkiri, dalam jangka singkat akan tertekan seiring dengan kenaikan permasalahan Covid-19 dan adanya pembatasan sosial.
Dimas justru menyebut peristiwa koreksi tersebut jadi peristiwa yg cocok untuk masuk ke pasar SBN sebab terbukti tekanannya tak akan berlarut-larut. Pada akhir semester I-2021, The Fed justru memberi sinyal akan melakukan normalisasi suku bunga jauh lebih cepat dari perkiraan, jadi pasar mengekspektasikan terjadinya tapering.
Kesimpulan dari Aset Kripto Mana yang Menguntungkan
Kendati demikian, Dimas menyebut imbas dari tapering pada pasar obligasi Indonesia cenderung minim. Hal ini lantaran pasar telah mengekspektasikan faktor tersebut seiring dengan komunikasi dari The Fed yg jauh lebih baik dibanding 2013 silam dengan menunjukkan guidance dan jangka waktu supaya pasar dapat bersiap-siap.
“Di satu sisi, penerbitan obligasi korporasi juga akan terus semarak pada semester II-2021 jadi supply akan meningkat. Oleh sebab itu, ada potensi obligasi negara akan mengejar ketertinggalan dari obligasi korporasi,” imbuh Dimas.